Mengapa Debu Bayangan
Saya tak tahu apa yang dirasakan Quintus Horatius Flaccus ketika ia melontarkan kata-kata itu pada dunia, dua ribu tahun yang lalu. Pulvis et Umbra Sumus, kita tak lain hanya debu dan bayangan.
Tapi saya tahu kalimat itu memecahkan banyak gelembung ilusi dari orang-orang yang nalarnya tak mati. Namun selama ini menyembunyikannya demi menyenangkan ego.
Ironi, ketika ego yang disenangkan bukanlah ego dirinya.
Ia mewujudkan pernyataan dari kehidupan dua ribu tahun lalu. Ia menjadi keberadaan nyata dari debu dan bayangan. Selepas mati kita hanyalah, Pulvis Et Umbra Sumus, Debu dan Bayangan.
Kematian yang bagaimana yang kita rasakan? Kematian dalam hidup ( hati yang selesai ), Kematian dalam hasrat dan keinginan atau Kematian kehendak manusiawi menuju kehidupan kehendak Nya?
Kita debu masa lalu atau debu dalam lautan debu dunia dan Bayangan akan eksistensi Tuhan atau bayangan eksistensi kefanaan.
Pulvis Et Umbra Sumus, bagi saya adalah sebuah tempat kesadaran pribadi akan kehambaan kepada Tuhan semesta alam.
Hingga kita bisa melihat cahaya kebenaran dengan terang.
Komentar
Posting Komentar
Jadikan blog ini sebagai wahana komunikasi dan pembelajaran untuk Indonesia Raya