Dasar Penggalian Informasi

Membandingkan Metode Penggalian Informasi

Intelijen dengan Jurnalis


Secara prinsip intelijen dan jurnalis mempunyai cara kerja yang hampir sama dalam memperoleh informasi. Kedua profesi tersebut harus dilakukan oleh orang yang cerdas karena bertugas untuk menggali dan menyajikan informasi. Intelijen mencari informasi secara tertutup, tanpa diketahui sumber informasi bahwa dirinya sedang digali informasinya, dengan teknik elisitasi ( percakapan untuk mencari informasi tanpa disadari sumber informasinya ), jurnalis mencari informasi dengan teknik wawancara ( percakapan untuk mencari informasi yang disadari oleh sumber informasi ).

Jurnalis membuat berita dengan standard 5W + 1H ( What, Who, Why, Where, When, How ), dan ini sama dengan standard laporan informasi intelijen dengan bahasa yang lebih nasionalis dengan standard ADiKSiMBa atau  ASDiKaMBa adalah pertanyaan yang jawabannya dianggap sebagai dasar pengumpulan informasi, PulBaKet (Pengumpulan Bahan Keterangan) atau dalam memecahkan masalah.

ASDiKaMBa atau ADiKSiMBa banyak digunakan dalam penyusunan informasi, misalnya penyusunan berita, penelitian, dan penyidikan polisi. Keenamnya menjadi kerangka dalam menyusun laporan terkait subjek.

Menurut landasan ASDiKaMBa atau ADiKSiMBa, suatu laporan dapat dianggap lengkap bila dapat menjawab pertanyaan yang menggunakan kata tanya sebagai berikut :

ADiKSiMBa

Apa yang terjadi?

Dimana kejadiannya?

Kapan terjadinya?

Siapa yang terlibat?

Mengapa hal itu terjadi?

Bagaimana terjadinya?

Pertanyaan tersebut haruslah faktual, agar sempurna, semua fakta yang terjadi apa adanya harus disertakan dalam laporan. Yang penting, tidak ada pertanyaan yang hanya dapat dijawab "ya atau tidak", "benar atau salah", dan sebagainya.

Teknik paling membedakan antara intelijen dan jurnalis adalah teknik pencarian informasi, intelijen menggunakan teknik elisitasi. Dalam elisitasi maka petugas intelijen biasanya menyamar, menggunakan cover, supaya tidak dikenali oleh sumber informasi ( lawan bicara ). Percakapan juga dibuat seperti percakapan yang akrab dan menggali informasi dengan sabar, bahkan jika informasi yang didapat hanya sepotong-potong itu adalah hal yang wajar.

Biasanya perlu beberapa kali percakapan dalam sesi dan suasana yang berbeda supaya informasi dapat keluar tanpa disadari oleh lawan bicara. Paling penting adalah sumber informasi tidak boleh tahu bahwa sedang digali informasinya.

Seorang jurnalis ketika bertugas menggali informasi dari nara sumber pasti membawa identitas sebagai jurnalis ( kartu pers ), bahkan menyebutkan asal medianya. Tentu ini tidak bisa dilakukan oleh petugas intelijen yang mengaku sebagai intel dan berasal dari Kesatuan X.

Jurnalis melakukan penggalian informasi secara terbuka, sumber berita sangat sadar bahwa lawan bicaranya adalah jurnalis yang butuh informasi, bahkan kadang tanpa diminta nara sumber malah semangat berbicara dengan tujuan untuk menyebarkan informasi tertentu.

Seorang intelijen mencari informasi hanya untuk User / pimpinannya saja sesuai TO ( Target Operasi ), informasi tidak mungkin disebar selain kepada User, karena akibatnya bisa fatal jika informasi yang diperoleh disebar kepada orang yang tidak berhak.

Semua hasil produk informasi intelijen biasanya mempunyai klasifikasi rahasia. Berbeda dengan jurnalis mencari informasi untuk media massa yang berarti dipublikasikan bagi seluruh masyarakat. Walaupun informasi tersebut adalah rahasia maka jika sudah berada di tangan jurnalis dan dimuat di media massa, maka bukan rahasia lagi.


Semoga bermanfaat
Salam


Debu Bayangan


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Servomechanism, Penyebab Keberuntungan atau Kesialan Seseorang

Disclaimer Notice

Bargh Hallway Theory